Senin, 30 Juni 2014

Maukah Kau Mengajariku

Sobb....
Maukah kau mengajariku cara mendaki yang baik, agar kakiku tak terkilir karena terpleset, agar batu yang kuinjak tak bergeser atau jatuh, agar tak setangkai dahan, ranting, ataupun daun lepas dari pohonnya. Maukah kau mengajariku tentang bagaimana teknik packing ransel (carrier) yang baik, agar punggungku tetap ringan dan tak terlalu terbebani oleh keperluan-keperluan fisik. Maukah kau mengajariku tentang membuat tenda yang nyaman untuk beristirahat di saat ku didera kelelahan dan kecapean di tengah pendakian nanti dan di saat kutiba di puncak kelak. Maukah kau mengajariku bagaimana cara menggunakan kompas agar ku tak tersesat di tengah belantara. Maukah kau mengajariku cara membaca jejak agar ku tak terperangkap pada sarang binatang buas. Maukah kau mengajariku tentang bagaimana caranya bertahan di saat ku kehabisan bekal di tengah perjalanan. Maukah kau mengajariku bagaimana ku harus bersikap tanggap di saat keadaan gawat darurat. Maukah kau mengajariku bagaimana caranya merentangkan dan mengikat tali-temali, serta memasang sabuk pengaman (harnest), menyematkan karabiner pada posisi yang tepat, menancapkan resin anchor atau bolt hanger pada bagian yang kuat, agar jika ku menemui jalan buntu dan terpaksa harus melewati tebing yang terjal dan curam, ku tak perlu repot tuk membuat tangga, cukuplah ku memanjatnya dengan menggunakan alat-alat itu semua, tanpa harus banyak merusak pohon dan tanaman disekitarnya. Maukah kau mengajariku tentang itu semua kawan??...

ILMU AL-JARH WA AT-TA’DIL



BAB I
PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG MASALAH
Hadis[1] sebagai pernyataan dan pengamalan, taqrir dan hal ihwal Nabi Muhammad saw, merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-Qur’an. Serta berfungsi sebagai mubaiyin (penjelasan) al-Qur’an, biasa dijadikan hujjah dalam hukum Islam kalau berstatus hadis maqbul (diterima).
Para muhadditsin, dalam menentukan diterimanya suatu hadis harus terpenuhinya syarat-syarat diterimanya rawi yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena hadis itu sampai kepada kita melalui mata rantai yang terurai dalam sanad-sanadnya.
Syarat-syarat tersebut kemudian dipadukan dengan syarat-syarat diterimanya rawi, sehingga pernyataan tersebut dapat dijadikan sebagai ukuran untuk mengetahui mana hadis yang dapat diterima dan mana hadis yang harus ditolak. Hadis-hadis yang dapat diterima (maqbul) yaitu hadis shohih lidzatih, hasan lidzatih, shahih lighairih dan hasan lighairih.

Pendidikan Anak Dalam Islam


PENDAHULUAN


Pendidikan anak adalah perkara yang sangat penting di dalam Islam. Di dalam Al-Quran kita dapati bagaimana Allah menceritakan petuah-petuah Luqman yang merupakan bentuk pendidikan bagi anak-anaknya. Begitu pula dalam hadits-hadits Rasulullah SAW. kita temui banyak juga bentuk-bentuk pendidikan terhadap anak, baik dari perintah maupun perbuatan beliau secara langsung.
Seorang pendidik, baik orangtua maupun guru hendaknya mengetahui betapa besarnya tanggung-jawab mereka di hadapan Allah SWT. terhadap pendidikan putra-putrinya. Tentang perkara ini, Allah SWT. berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”.
(Q.S. At-Tahrim: 6)
Dan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim, Rasulullah SAW. bersabda,
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Artinya: “Setiap di antara kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban”
Untuk itu -tidak bisa tidak-, seorang guru atau orang tua harus tahu apa saja yang harus diajarkan kepada seorang anak serta bagaimana metode yang telah dituntunkan oleh junjungan umat ini, Rasulullah SAW.

Etika Bergaul Dengan Lawan Jenis Yang Bukan Muhrim



BAB I
PENDAHULUAN
Hanya Islam agama yang diridhai di sisi Allah swt, Islam adalah agama yang paling mulia dan telah mengajarkan kepada umatnya untuk hidup dalam kemuliaan. Agama Islam juga memerintahkan kepada umatnya untuk saling menghormati, mencintai serta menghargai sesamanya.
Bahkan saling mencintai karena Allah swt dan persaudaraan dalam agama-Nya termasuk ibadah yang paling utama, dan ia adalah buah dari akhlaq yang baik dan kedua-duanya terpuji
Islam juga telah mengatur seluruh tatanan kehidupan bagi umatnya, melalui pedoman dan norma-norma yang telah diberikan oleh Allah swt dan nabi-Nya berupa Al-Qur`an dan As Sunnah. Maka Islam telah mengatur bagaimana caranya menjalin hubungan atau bermuamalah dengan sesama manusia, termasuk bagaimana bergaul dengan kawan, bergaul dengan lawan jenis, dan juga melarang berduaan dengan lawan jenis yang bukan muhrim. larangan mempertontonkan aurat, dan menjaga angota badan dari maksiat serta menjaga rasa malu.
Namun jika melihat fenomena yang ada sekarang justru sangat bertentangan hukum dan syari`at Islam. Seperti gaya hidup kalangan remaja, mahasiswa, bahkan orang tua yang sudah menikah. Pergaulan bebas telah melunturkan norma-norma susila dan etika yang terkandung dalam Al-Qur`an dan As Sunnah.
Banyak orang yang tidak lagi merasa malu bergandengan tangan, bahkan bermesraan di muka umum, sampai berakhir dengan penyesalan hidup yang berkepanjangan. Di beberapa kota besar muncul beberapa istilah, seperti ‘perek’ (Perempuan Eksperimen), atau ‘Ayam Kampus’ dan istilah semacamnya. Akibatnya terjadilah kasus hamil tanpa nikah atau terkenal dengan istilah ‘Pemilu’ (Perkawinan Hamil Duluan) yang mengarah kepada tindakan aborsi, stress, prostitusi, bahkan bunuh diri.

Rabu, 11 Juni 2014

"Tanpa Judul"



Lereng gunung yang dipenuhi bebatuan terjal
Memaksaku melangkah lebih pasti
Konsentrasi penuh hati-hati
Jika kujatuh maka ada seribu kerikil
Menyambut dengan ganas dan dekil
 Keliru jika kuberpijak
Salah fatal kakiku retak
Hapus saja linangan air mata ketakutanmu
Tiada apa, berguna pun tidak
Hanya lembaran sejarah yang akan merekam setiap bongkah batu kengerian
Jurang kematian yang mengerikan
Menganga seakan siap menelan siapa saja yang terjatuh ke dalamnya
Pupus harapan adalah kesia-siaan
Berhenti bukanlah sikap jati diri sejati
Pastinya kau adalah hamba
Yang pada genggam-Nya jua taqdir dibentang
Harimu ini milikmu yang dititipkan
Pada sebongkah batu setumpuk harapan
Mengertilah dengan keadaan
Pastikan kau adalah pasti
Dalam perjalanan penuh misteri
Duniamu bukan lagi yang dulu
Tapi hari  ini,
Puncak di depan mata
Jangan surut ke belakang.

Selasa, 10 Juni 2014

"KH. Muhammad Ideris Jauhari"



C E T U S A N  J I W A & P E R A S A A N
DI  SAAT-SAAT   PELEPASAN
Oleh: KH. Moh. Ideris Jauhari

Anak-anakku calon wisudawan/wisudawati yang berbahagia!
Pada saat-saat seperti sekarang ini, di mana kami merasa begitu bangga melihat wajah-wajah cerah dan tegar kalian, dimana kalian semua begitu optimis dan percaya diri untuk segera mengakhiri perjalanan panjang kalian yang melelahkan di pondok tercinta ini untuk menyongsong masa depan kalian yang penuh harapan. Rasanya setiap kita (kami dan kalian semua) pantas untuk bertanya dalam hati masing-masing, “Dalam suasana seperti ini kata-kata apakah yang paling tepat diungkapkan untuk mewakili perasaan dan tekad kita masing-masing”
Anak-anakku…!
Kiranya, tidak ada ungkapan yang lebih tepat untuk kita ikrarkan dalam hati, untuk kita ucapkan, dan untuk kita amalkan dengan jawarih kita masing-masing, kecuali seperti apa yang pernah dicetuskan oleh Nabi Sulaiman a.s. dan disebutkan di dalam Al-Qur’an.
هّذّا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِى ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ  وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ  وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّى غَنِيٌّ كَرِيْمٌ
“Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau kufur (terhadap nikmat-Nya). Barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barang siapa kufur, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya, Mahamulia”                           (Q.S. An-Naml:40)

"Cinta Kasih Sang Nabi"

Sejarah mencatat sebuah cerita yang cukup dramatis yang terjadi pada diri Rasulullah saw., dan cerita ini seharusnya menjadi bahan perenungan setiap muslim, agar setiap kita –muslim dan muslimat- bisa menimbang rasa dan peduli pada sesama. Cerita ini terjadi di Madinah, pada hari raya ‘idul fitri, Rasulullah saw seperti biasanya berkunjung ke rumah-rumah warga dalam kunjungan itu, Rasulullah melihat semua orang bahagia. Anak-anak bermain dengan menganakan pakain hari rayanya. Namun, tiba-tiba pandangan Rasulullah tertuju pada seorang anak kecil sedang duduk bersedih, ia memakai pakaian penuh tambal dan sepatu rusak. Rasulullah lalu bergegas menghampirinya. melihat kedatangan Rasulullah Anak kecil itu pun menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya lalu menangis. Rasulullah lantas meletakkan tangannya di atas kepala anak kecil itu dengan penuh kasih sayang, lalu bertanya; “wahai anakku mengapa kamu menangis?/ bukankah hari ini adalah hari raya?”, anak kecil itu menjawab sambil bercerita; “pada hari raya yang suci ini semua anak menginginkan agar dapat merayakannya bersama orang tuanya dengan bahagia. anak-anak bermain dengan riang gembira aku lalu teringat pada ayahku, itu sebabnya aku menangis, ketika itu hari raya terakhir bersamanya, ia membelikanku sebuah gaun berwarna hijau dan sepatu baru, waktu itu aku sangat bahagia, lalu suatu hari ayahku pergi berjuang bersama Rasulullah saw. dan kemudian ia gugur sebagai syahid di medan perang, sekarang ayahku telah tiada lagi, aku menjadi anak yatim, hidup sebatang kara tidak ada tempat mengadu, dan berbagi cerita jika aku tidak menangis untuknya lalu untuk siapa lagi?”

"John and Magy"



Semuanya itu disadari John pada saat dia termenung seorang diri, menatap kosong keluar jendela rumahnya. Dengan susah payah ia mencoba untuk memikirkan mengenai pekerjaannya yang menumpuk. Semuanya sia-sia belaka. Yang ada dalam pikirannya hanyalah perkataan anaknya Magy di suatu sore sekitar 3 minggu yang lalu..
Malam itu, 3 minggu yang lalu John membawa pekerjaannya pulang. Ada rapat umum yang sangat penting besok pagi dengan para pemegang saham. Pada saat John memeriksa pekerjaannya, Magy putrinya yang baru berusia 2 tahun datang menghampiri, sambil membawa buku ceritanya yang masih baru. Buku baru bersampul hijau dengan gambar peri. Dia berkata dengan suara manjanya, "Papa lihat !"
John menengok kearahnya dan berkata, " Wah, buku baru ya ?" "Ya Papa!" katanya berseri-seri, "Bacain dong !" "Wah, Ayah sedang sibuk sekali, jangan sekarang deh", kata John dengan cepat sambil mengalihkan perhatiannya pada tumpukan kertas di depan hidungnya.

"Cinta Sang Rasul"



Leo F. Buscaglia, begitu namanya. Seorang professor pendidikan di University of Southren California, di Amerika. Ia adalah seorang dengan seabreg kegiatan sosial dan ceramah-ceramah tentang pendidikan. Satu tema yang terus-menerus dibawanya dalam banyak ceramah, adalah tentang cinta. "Manusia tidak jatuh ke dalam cinta, dan tidak juga keluar dari cinta. Tapi manusia tumbuh dan besar dalam cinta", begitu katanya dalam sebuah ceramah.
Cinta… di banyak waktu dan peristiwa orang selalu berbeda mengartikannya. Tak ada yang salah, tapi tak ada juga yang benar sempurna penafsirannya. Karena cinta selalu berkembang, ia seperti udara yang mengisi ruang kosong. Cinta juga seperti air yang mengalir ke dataran yang lebih rendah. Tapi ada satu yang bisa kita sepakati bersama tentang cinta. Bahwa cinta akan membawa sesuatu menjadi lebih baik, membawa kita untuk berbuat lebih sempurna. Mengajarkan pada kita betapa besar kekuatan yang dihasilkannya. Cinta membuat dunia yang penat dan bising ini terasa indah, paling tidak bisa kita nikmati dengan cinta. Cinta mengajarkan pada kita, bagaimana caranya harus berlaku jujur dan berkorban, berjuang dan menerima, memberi dan mempertahankan.