Selasa, 10 Juni 2014

"KH. Muhammad Ideris Jauhari"



C E T U S A N  J I W A & P E R A S A A N
DI  SAAT-SAAT   PELEPASAN
Oleh: KH. Moh. Ideris Jauhari

Anak-anakku calon wisudawan/wisudawati yang berbahagia!
Pada saat-saat seperti sekarang ini, di mana kami merasa begitu bangga melihat wajah-wajah cerah dan tegar kalian, dimana kalian semua begitu optimis dan percaya diri untuk segera mengakhiri perjalanan panjang kalian yang melelahkan di pondok tercinta ini untuk menyongsong masa depan kalian yang penuh harapan. Rasanya setiap kita (kami dan kalian semua) pantas untuk bertanya dalam hati masing-masing, “Dalam suasana seperti ini kata-kata apakah yang paling tepat diungkapkan untuk mewakili perasaan dan tekad kita masing-masing”
Anak-anakku…!
Kiranya, tidak ada ungkapan yang lebih tepat untuk kita ikrarkan dalam hati, untuk kita ucapkan, dan untuk kita amalkan dengan jawarih kita masing-masing, kecuali seperti apa yang pernah dicetuskan oleh Nabi Sulaiman a.s. dan disebutkan di dalam Al-Qur’an.
هّذّا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِى ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ  وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ  وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّى غَنِيٌّ كَرِيْمٌ
“Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau kufur (terhadap nikmat-Nya). Barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barang siapa kufur, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya, Mahamulia”                           (Q.S. An-Naml:40)

Ya, setelah mengakui bahwa segala ini merupakan karunia Allah SWT., kita hanya dihadapkan kepada dua alternatif: “bersyukur atau kufur”. Tidak ada pilihan lain. Karena itu, pandai-pandailah kita memilih, ariflah kita memahami dan menyikapi pilihan kita itu, dan bijaksanalah kita dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, hanya mereka yang alim, arif, dan hakim sajalah yang mampu melewati kehidupan ini dengan selamat dan sukses.
Dalam hal ini, marilah kita memilih bersyukur menurut arti yang sebenarnya, yaitu mengakui dengan hati dan lisan setiap pemberian apapun yang kita terima sebagai kebaikan si pemberi, berusaha mempergunakannya sesuai dengan kehendak si pemberi, berusaha mengembangkannya seoptimal mungkin, dan berusaha membalas pemberiannya dengan kebaikan atau pembelaan. Itulah hakekat syukur yang sebenarnya.
Anak-anakku yang berbahagia…!
Hari-hari ini adalah hari-hari akhir kita berkumpul, bermuwajahah, bercakap-cakap dalam suasana penuh kekeluargaan, seperti yang telah sering kita lakukan bersama-sama selama ini secara formal, sebagai santri, mahasiswa, dan anak-anak kami di pondok yang sangat kita cintai ini.
Tidak lama lagi, suasana itu akan berubah. Secara formal, kalian tidak akan lagi seperti hari-hari ini dan hari-hari kemaren. Kalian akan memperoleh predikat baru, panggilan dan sebutan baru, yaitu sebagai “Sarjana dan Alumni Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan”. Suatu predikat yanga begitu indah dan agung, suatu panggilan yang menjadi dambaan setiap orang menuntut ilmu dalam lembaga pendidikan formal.
Tetapi kalian harus sadar bahwa di balik predikat tersebut sebenarnya terdapat suatu amanah dan tanggung jawab yang cukup berat. Kalian harus membuktikan bahwa kalian memang benar-benar berhak untuk menyandang predikat tersebut. Bukankah keberhasilan suatu lembaga itu memang dinilai melalui produknya? Tidak bisa semata-mata dilihat dari kelengkapan atau kecanggihan fasilitas, sarana, system, atau bahkan juga dari kehebatan pimpinan atau guru-gurunya. Sungguh citra pondok dan almamater ini selanjutnya benar-benar dipertaruhkan di atas pundak kalian.
Anak-anakku yang berbahagia…!
Bagi kita hari-hari ini bisa berarti benar-benar yang paling akhir jika Allah menghendaki demikian. Setelah perpisahan nanti, mungkin saja kita tidak akan pernah bertemu lagi, karena salah satu di antara kita –kami atau kalian- lebih dulu dipanggil keharibaan Allah SWT. tidak seorang pun dari kita mengetahui kapan dan dimana kita akan mati. Allah SWT. berfirman:
وَمَا تَدْرِى نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا  وَمَا تَدْرِى نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوْتُ  إِنَّ اللهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
“Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetaui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha mengetahui, Maha mengenal”
(Q.S. Luqman: 34).
Jika demikian, anggaplah kata-kata kami ini sebagai wasiat terakhir kami kepada kalian, sebagai kata perpisahan paling akhir dalam perjalanan hidup kita di dunia yang fana ini. Di hadapan pengadilan Sang Mahaadil kelak, semuanya itu akan terbukti, dibuktikan, dan dipertanggungjawabkan.
Tetapi, hari-hari ini bisa juga “bukan yang paling akhir”. Jika Allah SWT. masih memberi kita kesempatan untuk berjumpa lagi setelah ini, Insya Allah kami tidak akan pernah bosan untuk mengulang-ulang kembali apa yang kami sampaikan ini. Tentu saja dalam suasana dan proporsi yang berbeda dengan hari-hari kita yang telah lewat. Insya Allah, kami tidak akan pernah berhenti untuk terus mengingatkan kalian kepada yang lalu, untuk menambah atau melengkapi apa yang telah kami berikan kepada kalian selama ini. Sebab kalian adalah anak-anak kami, saudara-saudara kami, anggota keluarga kami….. sampai kapan pun dan di mana pun kalian berada. Periode kehidupan yang kalian lewati di pondok dan di kampus ini merupakan periode yang sangat segnifikan dan “menentukan” bagi hitam-putihnya perjalanan hidup kalian selanjutnya. Karena itu, rasanya terlalu naïf untuk melupakan masa-masa tersebut begitu saja.
Terus terang saja, kami sebenarnya memiliki “kepentingan dan pamrih” tertentu pada kalian. Dan kami tahu pasti apa yang menjadi pamrih kami tersebut, yaitu suatu pamrih yang bersumber dari kasih sayang dan ikatan persaudaraan lillahi ta’ala, suatu pamrih yang mengarah pada tegaknya syi’ar agama Islam di muka bumi ini, Li ‘izzil Islam wal Muslimien…
Anak-anakku yang berbahagia..!
Percayalah, orang tua yang sebenar-benarnya tidak akan pernah bosan melihat anaknya. Orang yang mencintai sesuatu, yang punya pamrih, orang yang memiliki kepentingan terhadap sesuatu… pasti tidak akan mengenal istilah bosan atau kapok. Jika tidak berhasil satu kali, pasti akan dicobanya lagi, lagi, dan lagi, sampai ia berhasil.
Maka, sadarlah selalu, anak-anakku kalian adalah orang yang berharga. Karena itu, hargailah diri kalian. Tapi jangan sekali-kali minta dihargai. Orang yang meminta-minta dihargai biasanya memang tidak berharga. Hargai diri kalian sesuai dengan harga sebenarnya. Jangan terlalu mahal, sehingga tidak laku dan dijauhi orang. Tapi juga jangan terlalu murah, sehingga akhirnya kalian menjadi orang-orang yang tidak berharga sama sekali. Dan yang terpenting, letakkanlah diri kalian pada tempat yang berharga, agar harga diri kalian tetap tinggi dan tidak jauh.
Jangan jadi anak hilang, dan jangan menghilangkan diri sendiri, kaitkanlah hati kalian dengan pondok, kampus dan almamater kalian, insya Allah kalian akan menjadi orang-orang yang mulia. Ingat kepada almamater, berarti kalian pandai berterima kasih. Karena itu, pandai-pandailah berterimakasih pada sesama, pasti kalian pandai bersyukur kepada Allah SWT.
Camkan dan renungkanlah….!
·         Di hati kami, kalian adalah pahlawan perjuangan harapan kami. Menangkanlah perjuangan ini..!
·         Di mata kami kalian adalah anak-anak manis kebanggaan kami. Jangan kecewakan kami dengan sikap dan prilaku tercela…!
·         Bagi kami, kalian adalah cermin, tempat kami melihat wajah kami, wajah pondok ini. Pada pribadi dan akhlak kalianlah, wajah pondok dan almamater yang sebenarnya akan terpantul di tengah-tengah masyarakat. Hati-hatilah…!
·         Bagi kami, kalian adalah segala-galanya. Dan di pundak kalian terletak masa depan pondok ini, masa depan umat ini. Ingatlah itu…!
Demikianlah cetusan jiwa dan perasaan kami kepada kalian saat ini dan saat yang akan datang. Begitulah harapan, obsesi dan tekad kami selamanya. Semoga anak-anakku dapat menimbang rasa, dan tidak mengecewakan harapan-harapan kami tersebut.
Selamat jalan, anak-anakku… selamat berjuang, pahlawanku.... Selamat mengabdi dan mengembangkan diri! Do’a-do’a tulus kami akan tetap selalu mengiringi setiap derap langkah kalian.

Al-Amien Prenduan di saat-saat akhir pelepasan
Guru yang selalu mengharapkan kalian

MUHAMMAD IDERIS JAUHARI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar