Selasa, 10 Juni 2014

"Cinta Kasih Sang Nabi"

Sejarah mencatat sebuah cerita yang cukup dramatis yang terjadi pada diri Rasulullah saw., dan cerita ini seharusnya menjadi bahan perenungan setiap muslim, agar setiap kita –muslim dan muslimat- bisa menimbang rasa dan peduli pada sesama. Cerita ini terjadi di Madinah, pada hari raya ‘idul fitri, Rasulullah saw seperti biasanya berkunjung ke rumah-rumah warga dalam kunjungan itu, Rasulullah melihat semua orang bahagia. Anak-anak bermain dengan menganakan pakain hari rayanya. Namun, tiba-tiba pandangan Rasulullah tertuju pada seorang anak kecil sedang duduk bersedih, ia memakai pakaian penuh tambal dan sepatu rusak. Rasulullah lalu bergegas menghampirinya. melihat kedatangan Rasulullah Anak kecil itu pun menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya lalu menangis. Rasulullah lantas meletakkan tangannya di atas kepala anak kecil itu dengan penuh kasih sayang, lalu bertanya; “wahai anakku mengapa kamu menangis?/ bukankah hari ini adalah hari raya?”, anak kecil itu menjawab sambil bercerita; “pada hari raya yang suci ini semua anak menginginkan agar dapat merayakannya bersama orang tuanya dengan bahagia. anak-anak bermain dengan riang gembira aku lalu teringat pada ayahku, itu sebabnya aku menangis, ketika itu hari raya terakhir bersamanya, ia membelikanku sebuah gaun berwarna hijau dan sepatu baru, waktu itu aku sangat bahagia, lalu suatu hari ayahku pergi berjuang bersama Rasulullah saw. dan kemudian ia gugur sebagai syahid di medan perang, sekarang ayahku telah tiada lagi, aku menjadi anak yatim, hidup sebatang kara tidak ada tempat mengadu, dan berbagi cerita jika aku tidak menangis untuknya lalu untuk siapa lagi?”
setelah Rasulullah mendengar cerita itu seketika hatinya diliputi kesedihan yang mendalam, dengan penuh kasih sayang beliau membelai kepala anak kecil itu sambil berkata; “Anakku hapuslah air matamu..….angkatlah kepalamu dan dengarkan apa yang akan aku katakana kepadamu…apakah kamu ingin agar aku Rasulullah menjadi ayahmu, Fatimah menjadi kakamu, Hasan dan Husin menjadi adik-adikmu dan ‘Aisyah menjadi ibumu? Bagaimana pendapatmu tentang usul dariku ini? Begitu mendengar hal itu, anak kecil itu langsung berhenti menangis, ia memandang dengan penuh takjub orang yang berada di hadapannya, ia adalah Rasulullah, orang tempat ia baru saja mencurahkan kesedihannya dan menumpahkan segala gundah yang ada di hatinya, anak kecil itu sangat tertarik pada tawaran Rasulullah, namun entah mengapa ia tidak bisa berkata sepatah katapun, ia hanya bisa menganggukkan kepala sebagai pertanda setuju (iya…), anak kecil itu lalu bergandingan tangan dengan Rasulullah menuju rumah, Sesampainya di rumah, wajah dan kedua tangan anak itu dbersihkan dan rambutnya disisir, ia kemudian diberi pakaian yang indah dan makanan, serta uang lalu ia diantar keluar agar bisa bermain bersama anak-anak yang lain.
Dari cerita di atas dapat diketahui akan besarnya kecintaan dan kasih sayang Rasulullah terhadap sesama, lebih-lebih kepada anak yatim dan orang-orang yang tak berdaya tanpa membeda-bedakan setatus dan kedudukan. Maka pantas jika Allah menyebutnya di dalam al-qur’an dengan sebutan rauufurraohiem (orang teramat kasih dan sayang). Rasulullah telah wafat 14 abad yang silam, namun sepirit dan akhlak beliau tidak boleh mati dan harus dihidupkan di setiap hati kita kaum muslimien.

3 komentar: