Sholat adalah tiang agama, pengikat
keyaqinan, ghiroh dalam tho’at, dan penghulu segala ibadah, dalam sebuah hadits
Rasulullah saw. bersabda; “sholat adalah tiang agama, barang siapa yang mendirikannya
berarti dia telah mendirikan agama dan barang siapa yang meninggalkannya
berarti dia telah merobohkan agama”.Tiang adalah pondasi penentu dalam sebuah
bangunan, maka sudah barang tentu kekuatan dan daya bebannya harus benar-benar
diperhatikan karena pondasilah yang nantinya akan menyokong segala bangunan
yang ada di atasnya. Apabila pondasi ini lemah maka jangan harap bangunan di
atasnya bisa bertahan dengan kuat.
Memperindah bangunan itu
penting tapi memperkukuh bangunan itu
jauh lebih penting, begitu pula halnya dengan sholat, sifat pondasi itu ada dua
yaitu rapuh dan kukuh. Pondasi yang rapuh adalah pondasi yang dibangun atas
dasar asal-asalan tanpa ada perkiraan dan ilmu pengetahuan di dalamnya,
sehingga bobot kekuatannya tidak pernah diperhitungkan. Sementara pondasi yang
kukuh dibangun atas dasar perkiraan dan ilmu pengetahuan yang matang dan
dikerjakan dengan penuh telatin dan hati-hati. Sebagai seorang yang berakal
apakah kita akan memilih yang rapuh ataukah yang kukuh, semua pilihan dan
ketentuan ada di tangan kita.
Rasulullah saw. bersabda; “Sholatlah
kalian sebagaimana aku sholat”. Dari hadits ini jelas bahwasanya sholat itu
tidak bisa dilakukan dengan sesuka hati masing-masing individu, tetapi mesti
ada tata cara dan aturan yang harus diikuti dan dipatuhi oleh para mushollien.
Lantas bagaimanakah sholatnya Rasulullah saw.?, sebagai seorang yang hidup jauh
dari zaman Rasul sudah barang tentu ia tidak bisa melihat secara langsung
bagaimana sholatnya Rasulullah saw. maka dari itu dibutuhkan ilmu pengetahuan
tentang hal itu dengan cara mengkaji ilmu yang berkenaan dengan tata cara
sholatnya Rasulullah saw., ilmu tentang hal itu telah banyak dibahas oleh para
ulama terdahulu di dalam kitab-kitabnya, tinggal keinginan dan kemauan dari
setiap individu sajalah yang akan menentukan semuanya.
Secara garis besar tata cara dalam
sholat bisa dibagi kepada dua hal yakni lahiriah (lahiriyah adalah
tata cara sholat yang berkenaan dengan rukun, syarat, dan sunnatnya, hal ini telah
diurai secara detail oleh ulama-ulam fiqih di dalam kitab-kitab fiqih) dan yang
kedua adalah bathiniyah (bathiniyah adalah hal-hal yang berkenaan
dengan adab hati seorang musholli kepada Allah di dalam sholatnya, hal ini
banyak dibahas oleh ulama-ulama tashawwuf di dalam kitab-kitab mereka). Bagi
yang menginginkan kesempurnaan sholat hendaklah ia mengetahui kedua hal
tersebut dan memperaktekkannya, hingga mencapai kesempurnaan lahiriyah dan
bathiniyah di dalam sholatnya
Untuk mempelajari tata cara sholat
secara lahiriah tidaklah terlalu susah karena ia telah banyak diurai di madrasah-madrsah,
mejlis ta’lim, maupun pengajian dan perkumpulan dan lainnya, gerakan-gerakannya
bisa dipraktekkan secara langsung oleh para guru atau pengajar serta ditiru
oleh para pelajar. Sementara bathiniyah, ia butuh latihan dari setiap individu
karena bagaimanapun juga ia tidak bisa dipraktekkan secara langsung melalui
jawarih (anggota tubuh), tetapi ia menuntut rasa yang sumbernya adalah hati,
maka inti dari semuanya itu adalah hati. maka dari itu seorang mushalli
dituntut untuk menghadirkan hatinya kepada Allah di dalam sholatnya yang
puncaknya adalah khusyu’ dan khudu’.
Menghadirkan hati di dalam sholat
bukanlah hal yang mudah, yang bisa dilakukan oleh anggota tubuh dengan begitu
saja, tetapi ia butuh latihan dan konsentrasi penuh guna menghadirkan Allah di
dalam hati ketika sholat atau agar sholatnya selalu ingat kepada Allah dan
tidak lalai alias lengah. Perintah untuk selalu zikrullah atau hadir
hati di dalam sholat sangatlah jelas sebagaimana firman Allah di dalam
Al-Qur’an; “dirikanlah Sholat untuk mengingatku”, di lain ayat Allah juga
berfirman; “beruntunglah bagi orang-orang mukmin, yang mereka khusyu’ di dalam
sholatnya”, begitu pula ancaman bagi mereka yang lalai dalam sholatnya, Allah
dengan tegas menyebutkan hal ini di dalam Al-Qur’an; “celakalah bagi
orang-orang yang sholat, yang mereka lalai di dalam sholatnya dan mereka yang
riya’ (agar dilihat oleh orang lain)”. Dari beberapa ayat tersebut jelas
bahwasanya menghadirkan hati dan khusyu’ dalam sholat merupakan suatu kewajiban
bagi para mushollien, dan itu menjadi penentu bagi diterima dan tidaknya sholat
seseorang.
Yang dimaksud dengan hadir hati di
dalam sholat adalah kosongnya hati dan pikiran dari pada segala sesuatu selain
Allah dan hal-hal yang berhubungan dengan sholat. Sepanjang perjalanan hidup
kita sebagai manusia yang dibekali dengan akal dan nafsu rasanya tidak pernah
sedetik pun kita merasakan hati diam tanpa bicara, mesti bisikan-bisikan halus
selalu menggelayut dalam kesendiriannya, dan bisikan-bisikan itu bersandar pada
perbuatan kita sehari-hari, jika dalam keseharian kita lebih condong kepada
dunia maka dunialah yang akan berbisik atau hadir di dalam hati, begitu pula
sebaliknya. Maka tidak ada cara untuk menjadikan hati agar selalu ingat atau
hadir melainkan dengan memutus sebab-sebabnya yang mana sebabnya adalah
khawathir (bisikan-bisikan halus dalam hati) dan khawatir itu muncul dari
segala pekerjaan keseharian kita, maka seharusnya bagi setiap musholli untuk
mengosongkan hatinya dari segala bisikan terlebih dahulu sebelum dia masuk
kedalam sholat dan apabila bisikan-bisikan itu datang diketika sholat hendaklah
ia cepat-cepat memalingkan dan menggantikannya dengan mengingat Allah saw, dan
membisikkan dalam hatinya bahwasanya dia sedang berdiri dihapan raja diraja,
dan sedang munajat atau berkomunikasi dengan sang Maha Mendengar dan Melihat
dengan segala perkataan dan perbuatan baik yang tampak maupun yang tersembunyi.
Dan yang terakhir, bagi siapa yang
ingin agar hatinya selalu hadir dan zikir di dalam sholat, serta menginginkan
kekhusyu’an di dalamnya maka hendaklah ia menjaga hati, pikiran dan
perbuatannya sehari-hari dari hal-hal duniawi dan melatihnya untuk selalu ingat
kepa Allah saw. dan Rasul-Nya serta hari akhir, sebab sholat adalah cermin diri
maka siapa yang ingin melihat dirinya hendaklah ia melihat kadar lalai dan
lupanya di dalam sholat, semuanya akan tampak dengan jelas di dalamnya…….!
Wallahu a’lam bish showab……..
Ihdinash shirathal mustaqiem,
shirathal ladziena an’amta ‘alaihim ghairil maghdhu bi ‘alaihim waladh
dhaallien….amien……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar