اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ
أَكْبَرُ،/ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ،/ اللهُ أَكْبَرُ،
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ،/ اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ
كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا لااله الا الله هو الله أكبر
الله اكبر ولله الحمد. الْحَمْدُ لِلهِ على نعامه المتواترة، وفضائله المتكاثرة،
ومنانه الغامرة، اللهم صلى وسلم على سيد أهل الدنيا والآخرة، سيدنا محمد بن عبد
الله، وعلى آله وأصحابه الأنجوم الظاهرة، أَمَّا بَعْدُ
فيا عباد الله أوصيكم ونفسي بتقوى الله، فإنها وصيته سبحانه
للأولين والآخرين من عباده، قال الله تعالى: اتقوا الله حق تقاته ولاتموتن الا
وأنتم مسلمون (.............)
Jamaah
sholat ‘idil fitri yg dirahmati Allah
Hari
ini tanggal 1 syawwal bukan lagi bulan ramadhan,/ ramadhan telah pergi,/
ramadhan telah meninggalkan kita./ Kehadiran ramadhan yang baru saja berlalu
telah mengkondisikan kita/ sehingga terlihat dan terasa begitu dekat dengan
Allah swt./ setelah sebulan penuh kita (kaum muslimien) berjuang keras menempa
diri melawan hawa nafsu/ dengan berpuasa,/ qiyamul lail,/ tadarrus, membayar
zakat, dan ibadah-ibadah sunnah lainnya/. Dan hari ini kita sampai pada hari
yang ditunggu-tunggu yakni hari raya ‘idul fitri,/ namun bukan berarti hari ini
adalah akhir dari semua ibadah sunnah yang kita kerjakan di bulan puasa,/
tetapi hendaknya menjadi awal ghirah kita dalam melaksanakan ibadah di
hari-hari mendatang.
Allahu
akbar3x walillahilhamd…..
Ma’asyiral
muslimien wal muslimat yang berbahagia….
Dalam
surah Al-A’la Allah swt berfirman;
قد أفلح من تزكى # وذكر
اسم ربه فصلى #
“Sungguh beruntung orang yang mensucikan dirinya # dan
menyebut-nyebut (dengan lidah dan hatinya) akan nama Tuhannya serta mengerjakan
sembahyang #
(Q.S.
Al-A’la: 14-15)
Sebagian
ulama berpendapat/ bahwa ayat ini menjelaskan tentang hari raya ‘idul fitri,/
di dalam ayat ini setidaknya ada tiga hal yang harus dikerjakan/ agar bisa
memperoleh keberuntungan dunia dan akhirat/ yakni malakukan tazkiyah (penyucian
diri),/ zikrullah serta mengerjakan sholat (dengan khusyu’ dan khudhu’)./ Tiga
hal tersebut telah kita kerjakan dalam bentuk nyata,/ kita sucikan diri dengan
zakat fitrah,/ berzikir dengan mengumandangkan Takbir, Tahmid, Tasbih dan
Tahlil / dan baru saja kita telah melaksanakan sholat ‘idul fitri berjamaah.
Secara zahir sempurna sudah tiga hal di atas kita kerjakan, namun fitrah yang
berarti kesucian tidak cukup hanya dimaknai sebatas itu saja. Oleh karena itu
Allah mengingatkan kita semua dengan ayat seterusnya
بل تؤثرون الحياة الدنيا
# والآخرة خير وأبقى #
“(tetapi kebanyakan kamu tidak melakukan yang demikian) bahkan
kamu utamakan kehidupan dunia # padahal kehidupan akhirat lebih baik dan lebih
kekal”
Hadirin/
jama’ah sholat ‘idil fitri yang dirohmati Allah…….
Fitrah
dalam arti bahasa berasal dari kata fathara yafthuru / yang berarti
menciptakan./ Maka dalam konteks ini/ kembali kepada fitrah berarti kembali
kepada asal penciptaan/ atau lebih dikenal dengan kembali kepada kesucian/ dan
lebih mudah lagi/ kesucian itu diibaratkan dengan seorang bayi yang baru lahir/
(bersih/ polos/ tanpa dosa/), namun yang perlu kita fahami di sini adalah sifat
seorang bayi./ Bayi yang baru lahir memiliki sifat pasrah/ dan tidak berdaya,/
jangankan untuk memakai pakaian,/ untuk makan dan minum saja/ ia pasrah
sepenuhnya pada orang tuanya./ dari sini kita bisa memahami bahwa fitrah yang
sebenarnya adalah mengakui bahwa segala sesuatu yang dimiliki adalah milik
Allah. Maka dari itu, kalimat takbir, tahmid, tasbih dan tahlil yang kita
lantunkan semenjak senja kemarin hingga saat ini adalah bentuk dari pengakuan
kita secara lisan bahwa tidak ada yang pantas dibesarkan dan diagungkan kecuali
Allah dan segala sesuatu adalah milik-Nya dan akan kembali kepada-Nya.
Allahuakbar..3x
wa lillahilhamd…
Jama’ah
sholat ‘ied yang dirohmati Allah…..
Setelah
kita mengakui dengan lisan kita/ bahwa segala sesuatunya adalah milik Allah,/
apakah kita akan masih mengagung-agungkan harta,/ pangkat dan jabatan,/
keturunan,/ kecantikan dan ketampanan/ atau bahkan ormas-ormas yang kita
pegang,/ partai-partai politik yang kita dukung./ dan lebih menyedihkan lagi adanya sekat-sekat di antara
kaum muslimin lantaran itu semua. Yang kaya mengambil jarak dengan yang miskin
lantaran takut diminta-minta, pejabat tidak peduli lagi dengan rakyatnya
lantaran ia telah mendapatkan apa yang ia inginkan, yang muda tidak mau lagi
menghampir kepada yang tua karena gengsi dengan kemudaan dan kegagahan. Jika
demikian adanya,/ maka tidak ada jalan lain kecuali kembali kepada fitrah/
(mengakui/ bahwa segala yang kita miliki adalah pemberian dan karunia Allah/
dan kita sama sekali tidak memiliki apa-apa).
Ma’asyiral
muslimin rahimani wa rahimakumullah
Di
hari penuh kebahagiaan dan kasih sayang ini, sejarah mencatat sebuah cerita
yang cukup dramatis/ yang terjadi pada diri rasulullah saw,/ dan sudah seharusnya
cerita itu menjadi bahan perenungan kita/ agar di hari penuh bahagia ini kita
bisa menimbang rasa dan peduli pada sesama./ Cerita ini terjadi di Madinah,/
pada hari raya ‘idul fitri,/ Rasulullah saw seperti biasanya berkunjung ke
rumah-rumah warga/ dalam kunjungan itu, rasulullah melihat semua orang bahagia.
Anak-anak bermain dengan menganakan pakain hari rayanya./ Namun, tiba-tiba
pandangan Rasulullah tertuju pada seorang anak kecil sedang duduk bersedih,/ ia
memakai pakaian penuh tambal dan sepatu rusak./ Rasulullah lalu bergegas menghampirinya./
melihat kedatangan Rasulullah/ Anak
kecil itu pun menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya lalu menangis./
Rasulullah lantas meletakkan tangannya di atas kepala anak kecil itu dengan
penuh kasih sayang, lalu bertanya; “wahai anakku mengapa kamu menangis?/
bukankah hari ini adalah hari raya?”,/ anak kecil itu menjawab sambil
bercerita;/ “pada hari raya yang suci ini semua anak menginginkan agar dapat
merayakannya bersama orang tuanya dengan bahagia./ anak-anak bermain dengan
riang gembira/ aku lalu teringat pada ayahku,/ itu sebabnya aku menangis,/
ketika itu hari raya terakhir bersamanya,/ ia membelikanku sebuah gaun berwarna
hijau dan sepatu baru,/ waktu itu aku sangat bahagia,/ lalu suatu hari ayahku
pergi berjuang bersama rasulullah saw/ dan kemudian ia gugur sebagai syahid di
medan perang,/ sekarang ayahku telah tiada lagi,/ aku menjadi anak yatim,/
hidup sebatang kara tidak ada tempat mengadu, dan berbagi cerita/ jika aku
tidak menangis untuknya lalu untuk siapa lagi?”/ setelah Rasulullah mendengar
cerita itu/ seketika hatinya diliputi kesedihan yang mendalam,/ dengan penuh
kasih sayang/ beliau membelai kepala anak kecil itu sambil berkata;/ “Anakku
hapuslah air matamu/….angkatlah kepalamu/ dan dengarkan apa yang akan aku
katakana kepadamu/…apakah kamu ingin/ agar aku Rasulullah menjadi ayahmu/
Fatimah menjadi kakamu,/ hasan dan husin menjadi adik-adikmu/ dan ‘Aisyah
menjadi ibumu?/ Bagaimana pendapatmu tentang usul dariku ini?/ Begitu mendengar
hal itu/ anak kecil itu langsung berhenti menangis,/ ia memandang dengan penuh
takjub orang yang berada di hadapannya,/ ia adalah Rasulullah,/ orang tempat ia
baru saja mencurahkan kesedihannya/ dan menumpahkan segala gundah yang ada di
hatinya,/ anak kecil itu sangat tertarik pada tawaran Rasulullah,/ namun entah
mengapa/ ia tidak bisa berkata sepatah katapun,/ ia hanya bisa menganggukkan
kepala sebagai pertanda setuju (iya),/ anak kecil itu lalu bergandingan tangan
dengan Rasulullah menuju rumah,/ Sesampainya di rumah/ wajah dan kedua tangan
anak itu dbersihkan/ dan rambutnya disisir/ ia kemudian diberi pakaian yang
indah dan makanan, serta uang lalu ia diantar keluar agar bias bermain bersama
anak-anak yang lain.
Ma’asyiral
muslimien as’adakumullah shabiehatakum
Dari
cerita di atas kita bisa memetik beberapa hikmah di antaranya; besarnya kecintaan
dan kasih sayang Rasulullah terhadap sesama, lebih-lebih kepada anak yatim dan orang-orang
yang tak berdaya tanpa membeda-bedakan setatus dan kedudukan. Maka pantas jika
Allah menyebutnya di dalam al-qur’an dengan sebutan rauufurraohiem (orang
teramat kasih dan sayang). Rasulullah telah wafat 14 abad yang silam, namun
sepirit dan akhlak beliau tidak boleh mati dan harus dihidupkan di setiap hati
kita kaum muslimien.
Dan
dari cerita diatas pula kita seharusnya sadar bahwa segala yang ada di dunia
ini bersifat fana dan akan hilang pada waktunya. Kita bisa merenungkan betapa banyak saudara-saudara kita
kaum muslimin, orang-oarang yang kita cintai dan sayangi pada tahun yang lalu masih
bisa merayakan hari raya bersama kita, namun saat ini mereka telah tiada, telah
mendahului kita, pergi buat selama-lamanya memenuhi panggil Allah swt. Oleh
karena itu dalam suasana fitrah ini hendaklah kita saling memaafkan, tegur sapa
satu sama lainnya, agar dikemudian hari kelak kita tidak di bebankan dgn
urusan-urusan yang berhubungan dengan manusia,
Jamaah shola ‘ied yang di rahmati Allah.......
Akhirnya dari mimbar yang suci ini ulun mengajak diri pribadi ulun dan
sampian barataan untuk selalu meningkatkan taqwa kepada Allah swt, dengan jalan
mengerjakan segala apa yang diperintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya. Dengan demikian
mudah-mudahan kita bisa kembali kepada fitrah yang sesungguhnya Amien
allahumma amien.....
إن أحسن الكلام/ كلام الله ملك العلام/ وبقوله يهتدي المهتدون/...... أعوذ
بالله من الشيطان الرجيم # بسم الله الرحمن الرحيم
قد أفلح من تزكى #
وذكر اسم ربه فصلى # بل تؤثرون الحياة الدنيا # والآخرة خير وأبقى #
بارك الله لي ولكم
في القرآن العظيم/ ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم/ وتقبل الله مني
ومنكم تلاوته/ وأستغفر الله لي ولكم/ ولسائر المسلمين والمسلمات/ من كل ذنب/ إنه
هو الغفور الرحيم.....
subhanallah
BalasHapus