سيد
الاستغفار
حدثنا
أبو معمر حدثنا عبد الوارث حدثنا الحسين حدثنا عبد الله بن بريدة قال حدّثني بشير
بن كعب العدوي قال حدثني شدّاد بن أوس رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم:
سيد الاستغفار أن تقول: اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ،
خَلَقْتَنِي، وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ،
أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ،
وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ اَلذُّنُوبَ
إِلَّا أَنْتَ، قال: ومن قالها من النهار موقنا بها فمات من يومه
قبل أن يُمسي فهو من أهل الجنة، و من قالها من الليل و هو موقن بها فمات قبل أن
يصبح فهو من أهل الجنة (أخرجه البخاري فى صحيحه، كتاب الدعوات).
Diriwayatkan dari
Syaddad[1]
bin Aus ra. dari Nabi Shalallahu 'alahi wa Sallam bahwasannya Beliau bersabda: (Sayyidul
Istighfar[2]
adalah engkau mengatakan): “Ya Allah, Engkau Tuhanku. Tiada Tuhan selain Engkau.
Kauciptakan aku, dan aku adalah hamba-Mu. Akan selalu kupenuhi Janjiku
kepada-Mu sebisaku[3].
Kepada-Mu aku berlindung dari keburukan amal perbuatanku. Kuakui segala nikmat
yang telah Kauanugrahkan kepadaku. Dan kuakui pula dosaku kepada-Mu, karena
sungguh tiada yang mampu mengampuni dosa selain Engkau.”
Barangsiapa
mengucapkannya disiang hari dalam keadaan yakin dengannya kemudian dia mati
pada hari itu sebelum sore hari, maka dia termasuk penduduk surga dan siapa
yang mengucapkannya di waktu malam hari dalam keadaan dia yakin dengannya,
kemudian dia mati sebelum shubuh maka ia termasuk penduduk surga.
(H.R. Al-Bukhori)
Sayyidul Istigfar termasuk dzikir yang
utama dan doa yang barokah yang sepantasnya bagi setiap muslim untuk menjaganya
dan membacanya disetiap pagi dan sore hari, ia adalah doa yang agung yang
mencakup banyak makna, di antaranya adalah taubat, merendahkan diri kepada
Allah swt. dan kembali menghadap kepada-Nya. Nabi Muhammad saw. menamainya
sebagai Sayyidul Istighfar (penghulu istighfar), yang demikian itu dikarenakan
ia melebihi seluruh bentuk istighfar dalam hal keutamaan, dan lebih tinggi
dalam hal kedudukan. Sebagaimana yang kita ketahui dari makna sayyid, ia adalah
orang yang melebihi kaumnya dalam hal kebaikan dan yang berkedudukan tinggi
dikalangan mereka.
Sisi lebih dari keutamaan doa ini dibanding bentuk
istighfar yang lain adalah:
1.
Nabi Muhammad
saw. mengawalinya dengan pujian kepada Allah dan pengakuan bahwa dirinya adalah
hamba Allah sebagai makhluk ciptaan-Nya (penetapan Tauhid Ar Rububiyyah), Dan
bahwa Allah adalah Al Ma'buud (sesembahan) yang haq dan tiada sesembahan yang
haq selainNya. Maka Dia adalah satu-satunya yang berhak untuk disembah dan ini
merupakan realisasi Tauhid Al Uluhiyyah.
2.
Pernyataannya
bahwa ia senantiasa tegak diatas janji dan kokoh diatas ikatan berupa iman
kepada Allah, kitab-kitab-Nya, seluruh Nabi dan Rasul-Nya. Dan berjanji menjalankan
segenap ketaatan kepada Allah dan perintah-Nya. Ia akan menjalaninya sesuai
kemampuan dan kesanggupannya. Kata-kata istatha’tu dalam hadits di atas
adalah sebuah pemberitahuan dari Rasulullah kepada ummatnya; bahwa tidak
seorang pun mampu melaksanakan seluruh kewajibannya kepada Allah dan tidak pula
melaksanakan keta’atan mensyukuri nikmatnya dengan sempurna.
3.
Berlindung
kepada Allah swt. dari seluruh kejelekan apa yang telah dia perbuat, baik sikap
kurang dalam menjalani apa yang Allah wajibkan baginya yaitu mensyukuri
nikmat-Nya ataupun berupa perbuatan dosa.
4.
Mengakui
akan nikmat Allah dan anugerah-Nya serta pemberian -Nya yang tiada pernah
berhenti.
5.
Mengakui
atas dosa-dosanya, sehingga ia pun lantas memohon ampunan kepada Allah swt dari
itu semua dengan segenap pengakuannya bahwa tiada yang bisa mengampuni segala
dosa kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala.
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ
ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ
إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
(آل عمران: 135)
“Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya
diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa
mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan
mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka Mengetahui. ”
(Al
Imran : 135)
Sayyidul Istighfar adalah paling
sempurna istighfar dari beberapa bentuk istighfar yang ada. Karena itu ia
menjadi seagung-agungnya bentuk istighfar dan yang paling utama dan paling
mencakup untuk kandungan maknanya yang mesti akan diampuni dosa-dosa. Kemudian Rasulullah
saw menghakhiri penyebutan doa tersebut dengan menjelaskan pahala yang besar
dan ganjaran yang luar biasa yang akan didapat oleh orang yang menjaga doa
tersebut setiap pagi dan sore hari. Beliau saw. mengatakan :
“Barangsiapa mengucapkannya disiang hari dalam keadaan yakin dengannya
kemudian dia mati pada hari itu sebelum sore hari, maka dia termasuk penduduk
surga dan siapa yang mengucapkannya di waktu malam hari dalam keadaan dia yakin
dengannya, kemudian dia mati sebelum shubuh maka ia termasuk penduduk surga. ”
Hanyalah Seorang yang mengucapkan doa
ini dan menjaganya yang akan memperoleh janji yang mulia dan pahala serta
ganjaran besar nan utama ini, karena ia telah membuka harinya dan menutupnya
dengan penetapan Tauhidullah baik Rububiyyah-Nya dan Ululhiyyah-Nya. Dan
pengakuan dirinya sebagai hamba yang siap menghamba dan persaksiannya terhadap
anugerah dan nikmat Allah. Pengakuannya dan kesadarannya akan
kekurangan-kekurangan dirinya dan permohonan maaf dan ampunan dari Dzat yang
Maha Pengampun, diiringi dengan rasa tunduk dan rendah dihadapan-Nya untuk
senantiasa patuh dan taat kepada-Nya. Ini semua merupakan cakupan makna yang
utama dan sifat yang mulia yang ia buka dan tutup lembaran siangnya. Yang pantas
bagi orang yang mengucapkan dan menjaganya mendapat maaf dan ampunan, terbebas
dari neraka dan masuk surga.
Fadlilah Istighfar
Banyak sekali keutamaan (Fadlilah)
istighfar yang diterangkan dalam Al-Qur’an dan hadits, antara lain:
وأن استغفروا ربكم ثم توبوا إليه
يمتعكم متاعا حسنا إلى أجل مسمى ويؤت كل ذى فضل فضله (الهود: 3)
“Dan hendaklah
kalian memohon ampun kepada Tuhan kalian kemudian bertobatlah kepada-Nya, maka
Dia akan memberikan kepada kalian kenikmatan yang baik sampai kebatas waktu
tertentu dan dia pasti memberikan kepada setiap orang menurut kadarnya
masing-masing” (Hud: 3)
إذا أذنب العبد ذنبا فقال: اللهم
اغفرلى. يقول الله: أذنب عبدى ذنبا فعلم أن له ربا يأخذ بالذنب ويغفرالذنب. عبدي
اعمل ما شئت فقد غفرت لك (رواه البخارى و المسلم)
Apabila seorang hamba
berdosa dengan suatu dosa kemudian ia berdo’a, “Ya Allah ampunilah aku”, maka
Allah berfirman, “Hambaku telah berdosa, tapi ia tahu bahwa ia memiliki Tuhan
yang akan menyiksanya karena dosa itu dan akan memberi ampun terhadap dosa itu.
Hambaku berbuatlah engkau apa yang engkau suka (dari amalan-amalan yang baik),
sungguh aku telah mengampuni dosa-dosamu.” (HR.
Bukhari & Muslim)
عن الأغر المزني وكانت له صحبة أن رسول
الله صلى الله عليه وسلم قال: إنه ليغان على قلبي وإني لأستغفرالله فى اليوم مائة
مرة (رواه المسلم)
“Sungguh hatiku sering benar
tertutup, karena itu aku selalu memohon ampun kepada Allah, setiap hari 100
kali” (HR. Muslim)
Wallahu
a’lam bish shawab
Dan
masih banyak lagi ayat dan hadits yang menjelaskan tentang keutamaan istighfar
yang tidak dituliskan disini. Dan di dalam istighfar juga ada syarat yang harus
dipenuhi oleh al-mustaghfirin guna mencapai kesempurnaan dalam pengakuan
atas dosa-dosa yang telah diperbuatnya dan memperoleh ampunan dari Allah swt, daiantara
syarat-syaratnya adalah; niat yang benar, tawajjuh hati kepada Allah dan
menyempurnakan adab-adab dalam berdo’a. wallahu a’lam bish shawab…..
“Dinukil dari kitab Fathul Bari karya Ibnu Hajar
Al-Haitami bab ad-da’wat”
[1]
Saddad bin ‘Aus bin Tsabit bin Mundzir bin Haram
al-Anshari bin Akhi Hasan bin Tsabit asy-Sya’ir, ia termasuk kibarus sahabah
yang tinggal di Syam dan kuniyahnya adalah Abu Ya’la
[2] Menurut
al-Thiebi; istighfar ini dinamakan sayyidul istighfar lantaran ia adalah do’a
yang menghimpun seluruh makna istighfar, digunakan nama sayyid karena sayyid
adalah pemimpin yang mana seluruh kebutuhan tertuju kepadanya dan segala urusan
kembali kepadanya
[3] Ibnu Baththol
berkomentar tentang al-‘ahdu dan al-wa’du menurutnya yang
dimaksud dengan al-‘ahdu adalah ketika pertama kali ia mengambil
perjanjian dengan Allah dengan firmannya “alastubirobbikum” kemudian
mereka pun mengakui dengan ketuhanan-Nya dan tunduk dengan ke-esaan-Nya.
Sementara al-wa’du adalah sebagaimana yang pernah disabdakan oleh
Rasulullah saw. “barangsiapa mati tanpa menyekutukan Allah dengan sesuatu
apapun jua dan ia melaksanakan apa yang diwajibkan padanya maka ia akan
dimasukkan kedalam surga” yang dimaksud dengan menunaikan yang diwajibkan
padanya dalam hadits ini adalah ahdun mitsaqun yaitu mengesakan Allah (tauhid)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar