Minggu, 01 Februari 2015

Surat Ayah Untuk Zuhdu



Suatu ketika ayah pernah menasehatiku melalui sebuah surat yang bunyinya begini;
Assalamu ‘alaikum putraku…..
Anakku… melalui surat ini ayah hanya ingin mengingatkan kepadamu bahwa di zaman sekarang ini, tidak sedikit orang yang menyibukkan diri dengan memperindah dan menghias lahiriah mereka, sementara batiniahnya dibiarkan amburadul –ghoflah-, mereka berkhusyu’-khusyu’ dalam ibadah tapi sejatinya tidak khusyu’, dan mereka beribadah dengan ketiadaan hadir hati.
Anakku… jika suatu saat kau mengalami penyakit seperti ini, maka bersegeralah melakukan terapi diri untuk menyembuhkannya dengan cara menyibukkan dirimu untuk menjaga rahasia-rahasia hatimu, agar cahaya hatimu tetap memancar menghiasi pekerjaan lahiriahmu. Dengan demikian kau akan berhias tanpa perhiasan, berwibawa tanpa pengikut, mulia tanpa kabilah dan suku.
Anakku… Cukuplah sabda Rasulullah SAW ini sebagai peganganmu “Barangsiapa yang memperbaiki hatinya Allah akan membaguskan lahir-nya”. Tak perlu kau mencari dokter atau pisikiater yang lain, cukuplah wajengan dan sabda-sabda kanjeng Nabi sebagai obat dan terapi untuk menyembuhkan penyakit-penyakit batiniah kita selama ini. Sampai di sini ayah rasa kau sudah paham, tak perlu lagi ayah menjelaskan panjang lebar kepadamu.
Anakku… semoga kau baik-baik saja disana. Dipenghujung isi surat ini ayah ingin menuliskan satu hal untukmu. Bahwa selama ini ayah mendidik dan membesarkanmu itu semua bukan tanpa pamrih, tapi ayah tau persis apa yang seharusnya menjadi pamrih ayah. Sebuah pamrih yang bersumber dari rasa kasih sayang dan lillahi ta’ala demi tegaknya si’ar agama Islam di persada bumi ini, li ‘izzil Islam wal Muslimien itu saja.
Putraku…
Percayalah… orang tua yang sesungguhnya, mereka tidak pernah mengenal istilah bosan apalagi kapok untuk mendidik dan membesarkan putra-putrinya. Jika ia gagal satu kali, maka akan dicobanya lagi, lagi, dan lagi sampai ia berhasil.
Putraku….
Do’a-do’a  tulus ayah akan selalu menyertai derap langkah kakimu. Teruslah memperbaiki diri wahai putra tercintaku… camkan dan renungkanlah olehmu wahai anakku..!”

Nagara, disaat-saat kerinduan
Orang tua yang selalu mengharapkanmu
Ayahmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar