Sebenarnya
Allah tidak mempunyai alasan untuk memasukkan hamba-Nya ke dalam surga atau
neraka. Karena bagi Allah ta’at dan durhakanya seorang hamba, itu sama sekali
tidak menambah atau pun mengurangi keagungan dan kebesaran-Nya. Allah yang
selama ini kau kenal sebagai Tuhan semesta alam atau Tuhan langit dan bumi, Ia
memiliki keagungan dan kebesaran yang tiada tandingannya. Bahkan keagungan dan
kebesaran Allah itu melebihi dari apa yang kau kira selama ini.
Allah
Mahakaya, Mahakuasa, Maha Berkehendak, dan Maha Segala-galanya. Kekayaan,
kekuasaan, kehendak, dan semua yang dinisbahkan kepada Allah sama sekali tidak
terbatas oleh ruang dan waktu. Maka dari itu, kapan pun dan di mana pun kau
meminta dan memohon, jika Allah menghendaki untuk mengabulkannya maka tidak ada
yang mustahil bagi-Nya, meskipun yang kau minta itu mustahil terjadi menurut
akal sehatmu.
Kiranya
patut untuk direnungkan bersama tentang dimasukkannya ke dalam api nereka
seorang perempuan yang telah mengikat kucingnya dan tiada memberinya makan
sampai kucing itu menumui ajalnya. Begitu pula tentang seorang Abid yang hampir
seluruh hidupnya dihabiskan hanya untuk ibadah dan mengabdi ke pada Allah, tapi
sayang saat kematian menghampirinya ia malah bertekuk lutut dan tunduk kepada
Syetan la’natullah ‘alaih. Dengan demikian ia harus meretapi nasibnya
sebagai seorang yang mati dalam keadaan su’ul khotimah. Dan sebaliknya
perlu pula untuk direnungkan bersama, bagaimana Allah memasukkan hambanya yang
penuh dosa, yakni seorang pelacur kelas kakap ia di masukkan kedalam surga
hanya dengan seterumpah air yang ia berikan kepada seekor anjing yang sekarat
di tengah gurun sahara. Setetes kasih sayang yang Allah taruh ke dalam hati
hamba-Nya yang pelacur ini, telah mampu membuatnya terenyuh dan
mengenyampingkan keinginannya untuk hidup, dan memberikannya kepada seekor
anjing. Dengan perantaraan itulah Allah masukkan ia ke dalam surga-Nya. Maha
suci Allah dari segala sesuatu.
Setelah
mengetahui bahwa Allah Swt. itu Maha segala-galanya, masihkah kita sebagai
hamba-Nya ini ingin menyombongkan diri baik kepada makhluknya yang berkebangsan
hewan, alam, tumbuh-tumbuhan, lebih-lebih manusia. Yang pada hakikatnya setiap
manusia di sisi Tuhannya sama, hanya derajat ketaqwaan mereka sajalah yang akan
membedakan mereka. Sungguh tidak ada alasan bagi seseorang untuk menyombongkan
diri, karena kesombongan hanyalah pakaian Allah semata. Tugas seorang hamba
seperti kita hanyalah menyembah dan mematuhi segala perintah-Nya serta menjauhi
segala larangan-Nya, tiada yang lain.
Perlu
kiranya untuk disadari, bahwa sebenarnya, kekuatan, kehebatan, dan bahkan
kebaikan yang kita kerjakan sekalipun, itu sama sekali tidak ada apa-apanya
dibandingkan dengan rohmat dan kasih sayang-Nya Allah Swt. kepada
hamba-hamba-Nya dan makhluk seluruhnya. Terlalu naïf rasanya jika seseorang
mengakui, ia dimuliakan karena ilmu atau amal maupun pekerjaan sholeh lainnya
yang pernah ia kerjakan, atau ia disegani karena kehebatan, kewibawaan, maupun
kejagoan yang ada pada dirinya. Atau sebaliknya, terlalu sombong jika ada orang
yang membenci atau menghinakan orang lain karena perbuatan jahat orang tersebut,
atau karena rendahnya derajat orang tersebut dihadapan manusia. Karena pada
dasarnya semua yang dimiliki, entah itu berupa kemulian, kekayaan, kewibawaan,
pangkat yang tinggi, wajah yang menawan, atau yang lainnya, itu semua adalah
pemberian Allah Swt. semata, bukan milik kita. Maka tugas seorang yang telah
dianugrahkan oleh Allah dengan anugrah tersebut adalah mensyukuri semua itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar