Belakangan ini kita sering menyaksikan sebuah kehidupan rumah tangga yang bergelimang dalam kemewahan dan serba berkecukupan, namun mereka dihimpit oleh berbagai masalah dan kesusahan serta jauh dari kebahagiaan. Bagaimana tidak, kadang sang ayah pergi pagi pulang sore bahkan larut malam, untuk bisa berkumpul keluarga satu jam saja sangatlah susah apakan lagi seharian, namun yang lebih ironis lagi, kadang mereka mengambil jalan sendiri-sendiri. Di lain tempat kita juga sering melihat keluarga miskin yang hidup serba kekurangan namun mereka tampak bahagia dan seakan-akan tidak memiliki masalah apa-apa. Memang kita tidak bisa memungkiri bahwa kekayaan itu identik dangan harta dan uang, namun kita juga tidak bisa meyakini bahwa harta dan uang adalah sember kekayaan yang hakiki dan kebahagiaan yang abadi, karena keduanya bisa hilang dan lenyap.
Saudara-saudaraku (pembaca) yang budiman maukah kalian menjadi orang kaya dan terkaya sedunia. Sebelumnya mari kita introspeksi diri, selama ini sejauh mana kita merasakan kekayaan yang ada pada diri kita, adakah kita merasa menjadi orang terkaya dan bahagia dari yang lainnya, ataukah sebaliknya.
Sebenarnya kekayaan yang hakiki itu tidak perlu dengan uang yang banyak dan harta yang melimpah tapi ia ada pada diri kita sendiri tepatnya di dalam hati, karena hati merupakan sumber dan modal dari kekayaan hakiki. Permasalahannya sudahkah kita mengelola hati yang menjadi modal kekayaan yang hakiki?.... jawabannya ada pada diri kita masing-masing.
Mau tahu siapa orang yang terkaya selama ini?.......
Orang yang paling kaya adalah orang yang ridho dengan ketentuan Tuhan-nya (Allah), dia adalah orang yang paling merasakan kebahagiaan dan ketentraman, serta paling jauh dari kesedihan, kemarahan, dan kegelisahan. Kekayaan bukanlah karena banyaknya harta, akan tetapi kekayaan sebenarnya adalah kekayaan hati dan iman serta ridho kepada-Nya. Ridho adalah tenangnya hati di bawah ketetapan-ketetapan Allah yang berlaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar